Play 'Till The Last Note

Selasa, 06 Oktober 2020

Melepas Pergi

 Pada akhirnya, aku hanya bisa membiarkan diriku tegar melihatmu pergi menjauh. Membiarkan kamu bahagia bersama dunia candamu yang menyenangkan itu. Merelakan yang hatiku rasa agar kau bisa terbang lepas. Jauh.

Tak akan ada lagi aku yang mengekangmu dalam genggaman.

Tak akan ada lagi aku yang menahanmu dalam pelukan.

Kamu tak akan lagi mendengar aku mengucap

'tidak'

'jangan'

'gak boleh'

'ihhhh :('

Aku hanya akan menikmati bahagiamu dari sini. Berusaha berbahagia dengan tawamu disana. Karena pada akhirnya aku belajar. Aku tak bisa memaksakan bahagia seseorang. Tapi aku bisa memaksakan kebahagiaanku, walaupun harus dengan perpisahan.


Selamat ulang tahun sayang.

Semoga kepergianku kelak dapat menciptakan kebahagiaan yang baru.

-L

Jumat, 01 Mei 2020

Jangan Dibaca, Ini Hanya Kesia-siaan

Meskipun kukatakan berkali-kali bahwa rasaku memudar di tiap perkelahian kita, yang aku sadari hanyalah aku tetap mencintaimu sebesar dulu. Aku tetap pengagum beratmu, meski aku sudah tahu banyak hal tentangmu. Aku tetap ingin berbincang denganmu, meski kita sudah menghabiskan mungkin ribuan jam untuk berbicara, bercerita, berkeluh kesah.

Kau tetap jadi pria yang selalu ingin ku jumpai, pria yang selalu ku pikirkan saat hal bahagia datang di hidupku, pria yang selalu kujadikan rumah untukku berteduh dari badai. Selalu kau..

Aku tak tahu apakah cinta ini akan berakhir bahagia atau menyakitkan.
Tapi percayalah,
kau selalu punya tempat di hatiku, sejak awal.

Sedih. Aku sedih saat tawamu lebih lepas saat kau bersama kawan-kawanmu.  Sat kau lebih bahagia untu ber-game  ria daripada berbincang denganku. Saat kau bisa terjaga sepanjang malam di depan komputer, tapi kau hanya butuh 5 menit untuk tiba-tiba mendengkur saat kita berbaring membicarakan dunia.

Kau selalu jadi duniaku. Dan semua sakit hati ini tercipta hanya karena harapanku yang terlalu besar agar kau memiliki perasaan yang sama terhadapku. Dan salahku karena seharusnya aku menyadari hal tersebut dari awal.

Karena sejak dulu, aku selalu patah hati dengan harapku untuk bisa berjumpa denganmu di tiap pertemuan keluarga. Aku kian sedih saat aku tak bisa menemukanmu saat aku menjumpai rumahmu. Aku selalu lunglai dengan harapan agar setiap candamu tentang kita itu tulus dari hatimu. Aku kerap bersedih saat aku berharap semua peryataan hatimu itu nyata, namun yang ku tahu saat itu kau sekadar bercanda.

Aku yang tak bisa tidur dimalam setelah tidur siang didekapmu. Aku yang senang bukan kepalang saat pagi-pagi buta kau sudah ada dirumahku. Namun sehari setelah itu, tak lagi kujumpai notif darimu. Bertahun kemudian aku tahu bahwa selama ini harapku harus patah karena kau bilang ingin menyeriusi perempuan lain.

Aku sedih saat kau terus mendukungku untuk kembali dengan mantanku. Aku berharap kau disana saat aku sendiri. Walau aku tahu aku akan berusaha untuk menjauh, tapi kau tahu, kau kelemahanku. Kalau saat itu kau keras kepala sedikit lagi, aku pasti akan menyambutmu dengan suka cita.

Tapi tidak.
Kau malah menghilang.
Saat itu aku mati karena harap.
Dan sampai saat ini pun aku berkali-kali mati karena harap.

-L

Bukan Tulisan Penyair

Teruntuk kekasihku.

Aku tak ingin menulis puisi barang sebait.
Aku tak mau bersedu untuk merindu,
sedangkan kau hilang melulu.

Aku tak tahu,
angin mana yang menghembusmu.
Jauh.
Tak bisa ku sentuh.

Kau punah malam ini.
Kau punah malam kemarin.
Kau punah bermalam-malam yang lalu.

Seakan gelap menelanmu sampai kalap.
Menyisakanku tiada.

Apa aku harus melagak bahwa akupun bisa punah?
Ah, tak bisa.
Membawanya kedalam pikiran saja aku sudah pusing tujuh keliling.

Sudahlah aku tidur saja.
Atau mendengar senandung rindu barang sebentar.
Siapa tahu kau datang selepas petang.

Atau belum?

Yasudah, aku tunggu saja.

-L
Bukan penyair, hanya rindu.

Tentang yang Sudah-Sudah

Banyak hal yang bisa membuatmu sakit hati,
padahal ia tak main hati.

Misalnya,
ia yang tak benar-benar jujur tentang apa yang diperbuat.

Atau tentang kantuk yang sengaja ia buat-buat.

Atau juga tentang jenuh yang katanya begitu kuat.


Kau bisa sakit hati karena banyak hal.

Tawanya yang bukan bersamamu,
apalagi karenamu.

Kebahagiaannya yang tak bersumber padamu.

Rindunya yang tak lagi untukmu.

Ocehannya yang tak lagi denganmu.


Kau ternyata hanya nyata untuk sementara.

Sisanya hanya abu-abu,
yang semu.


Pada akhirnya, kebenaran itu
semakin kau gali
semakin kau sakit hati
dibuatnya.

-L

Minggu, 10 Maret 2019

Yang Ditulis Kala Rindu Menderu

Saat kau tak hadir di malam sunyi,
memang apa yang kau harapkan akan menjadi penawar penatku?

Saat tawamu tak terdengar di telingaku barang sehari,
memang apa yang kau harapkan bisa menjadi alasanku tersenyum di tidurku?

Aku merindukanmu, lebih besar dari rasa rindu yang dipendam kembang api kepada langit Januari,
pada bulan kedua.

Kau terlalu jauh untuk ku tempuh,
terlalu dalu untuk ku hirup.

Dan aku terlalu merindukanmu,
untuk tidak menjadi gila, esok pagi.

Jumat, 18 Januari 2019

Tulisan Yang Tersakiti


Menangislah menangis. Apa cara yang lebih baik memulihkan luka, dibandingkan menangis? Biar semua luka mengalir melewati pipi, membasahi tanah.

Kau tak akan mengerti, tentu saja. Ingin sekali aku berlari pergi, seperti yang terjadi padamu beribu hari yang lalu.
Jauh sekali, sampai tak lagi kau hirup wangi parfumku.

Tapi apalah aku. Sekali kau tersenyum pun, aku meleleh secair-cairnya.

Selasa, 15 Januari 2019

Pukul Tiga Pagi

Aku mengelak atas segala rasa yang hadir bertubi-tubi kedalam kepalaku.

Aku bersikeras memaksakan diriku untuk tetap terjaga, saat mataku sudah begitu lelah, dan otakku mulai bekerja lebih lambat, dan jemari kakiku sudah dua kali lebih dingin dari biasanya.

Aku berpura tidak merasakan sakit, saat kebenaran sudah menamparku ribuan kali dan aku hanyalah seonggok daging bernyawa yang tersisa, tersesat dalam ketakutannya sendiri.

Aku, sekali lagi memasang topengku untuk berteriak pada dunia bahwa aku sangat baik-baik saja dan kemudian tertawa begitu keras padahal itu hanyalah upayaku menyembunyikan air mata yang sedang sibuk menyimpul jalannya menuju tanah, melewati pipi.

Aku hanya sedang terduduk. Tidak menangis, apalagi sambil mendengarkan lagu sedih karena air mata begitu banyak hingga aku memilih untuk menenggaknya saja,

dan kesedihanku ialah upayamu menyembuhkan lukanya.

-l

Rabu, 22 November 2017

Tulisan di Pagi Buta

03:14 am.
Pagi ini, seharusnya aku sudah tertidur lelap. Bermimpi, mungkin tentangmu. Mungkin juga tidak. Tapi nyatanya, mataku masih belum berhenti menatap nanar ke luar jendela. Telingaku masih belum bosan mendengarkan senandung sendu. Pipiku belum juga kering, pun bibirku masih bergetir. Menyedihkan.

Sekali lagi, aku memikirkan kita jauh didepan sana. Masihkah ada aku dan kamu, didalam kita? Setelah begitu banyak tangis dan tawa, masihkah tangan kita akan saling menggenggam?
Dari sekian banyak detik yang kita lewati bersama, apakah masih ada hari yang tersisa bagi kita, untuk menghabiskan tawa di ujung usia?

Nafasku sudah sewangi petrichor, sisa hujan semalam. Tapi ternyata, jawaban itu tak kunjung datang kedalam benakku.
Harus sejauh apa kita berjuang, sayang?
Kita hanyalah dua manusia yang saling jatuh cinta. Kepada siapa kita menutupi kebohongan?

Sebentar lagi, Januari akan datang. Kembang api ke dua kita kelak akan meledak di langit, menandakan Desember telah pergi. 
Dan kita masih bersembunyi dibalik hingar bingar kembang api. Tetap sunyi. Senyap. Hampa.


Jumat, 01 November 2013

Selamat Ulang Tahun,Kamu

Aku tau,kamu tak akan mungkin membaca ini. Dengan segala daya dan upaya  ku; aku juga tak akan mungkin mampu membuatmu membaca tulisan aneh ini. Jelas saja aneh. Tulisan ini dibuat oleh seorang wanita yang bahkan tak benar benar mengenalmu. Barisan paragraf ini diutarakan oleh seorang perempuan yang baru beberapa kali saja menatap mata mu. Tapi,mungkin,jika keajaiban membuatmu bisa membaca tulisan ini. Aku hanya ingin bilang; tolong jangan tertawa membaca setiap kalimatnya. Di sini,aku menjadi diriku yang sebenarnya tak pernah kau kenal. Dalam tulisanku,aku mengundangmu masuk. Membiarkab kamu abadi dalam srtiap abjad dan kalimat.
Pertemuan kita dulu,dulu sekali. Dan perkenalan kita terjadi tak dengan tatap mata ataupun jabatan tangan. Kita pernah bertemu kembali di dunia maya. Dan sejak itu,selalu ku tunggu kicauanmu di twitter. Ku nikmati kalimatmu dalam bayang bayang semu.
Kita bertemu lagi. Kamu dengan kaos dan celana motif tentara datang kerumahku. Ku curi senyummu yang sejak tadi menggantung di bibirmu. Kita bercakap,walau tak banyak yang dibicarakan. Dan ketika sore sudah terlalu larut,menjadi malam. Kau pulang dengan senyum itu.
Setiap malam,kureka wajahmu dalam angan. Kamu kembali menjadi sosok magis yang tak mau hilang dari ingatan. Ah,aku menyesali perasaanku sendiri.
Semoga kamu tak bosan membaca surat hatiku-yang entah keberapa. Surat yang ku kirim tidak ke alamat yang jelas. Surat yang tak akan pernah sampai didepan pintu rumahmu. Surat yang tetap hanya akan tertulis;dibaca tanpa digubris.
Selamat ulang tahun,kamu. Tetaplah menjadi yang istimewa dibalik sosokmu yang sederhana. Dan satu lagi,tolong jangan tertawa ketika membaca ini; aku mencintaimu.

Untuk kamu. Sosok yang tak pernah
berhenti tersenyum. Sosok
yang begitu nyata,walau hanya
akan menjadi semu.

Sabtu,5 oktober 2013.

Minggu, 27 Oktober 2013

Selamat Ulang Tahun,Saya

Catatan : Jika kamu tidak mencintai saya,sebaiknya tidak usah membaca tulisan ini (Karena mungkin kamu akan jatuh cinta pada saya atau kamu merasa tulisan ini tidak ada pentingnya sama sekali buatmu)

Pertama-tama,untuk membuatmu jatuh cinta-kata pepatah- kamu harus mengenalku terlebih dahulu. Namaku Liony Citra Agustin,nama panggilanku banyak sekali. Sungguh. Namun,yang paling sering dipakai lah yang akan aku ceritakan kali ini.
Jika kamu mencintaiku,pun aku mencintaimu. Akan ku bawa kau kepada keluarga ku. Kamu akan mendengar aku di panggil 'kakak'. Iya,aku si sulung di rumah ini.
Atau mungkin saja kamu pernah mendengar aku dipanggil 'Lion'. Berarti kamu mendengar suara teman smp-ku. Aku bukan pecinta singa,maupun pedagang liontin. Namaku yang tertera di semua administratif sekolah,membuat semua guru dan teman teman ku,bingung dengan cara penyebutan namaku. Ah sejarah yang aneh. Tapi aku bersyukur.
Nama panggilan ku banyak sekali ; Citra,Lion,Cicit,Ncit,Mupeng,Cici,Tikus,Singa,kak Cit,lekk,dan...........siman. kamu boleh memanggilku apa saja,asal jangan Siman. Itu nama ayahku. Dan kini,aku lebih sering dikenal dengan nama ayahku,dibanding namaku sendiri.
Jika kamu bingung,memilih panggilan yang tepat untukku,panggil saja aku 'sayang'
Dan ini adalah perihal penting yang harus kamu ketahui,sebagai (calon) kekasihku.
Orangtua ku dulu adalah seorang karate. Ya,karate. Bukan bulutangkis. Sejak kelas 1 sd pun,aku ikut kegiatan ekstrakulikuler karate di sekolah. Dan seingatku,dulu aku selalu pulang dengan airmata. Aku bukan lelah,sayang. Tapi gurunya-yang entah aku lupa dipanggil apa- itu botak,tinggi,hitam,selalu menbuatku ketakutan. Aku bukan cengeng. Dulu aku bocah yang kuat,temanku laki laki semua.
Lalu,aku memulai bermain bulutangkis sejak kelas 5 sd. Tepatnya,saat umurku 10 tahun. Entah kenapa,aku memilih bulutangkis.
Dan karena bulutangkis,rambutku dipangkas sama pendeknya dengan rambut adikku-yang jelasjelas cowo-
Ya pendek. Yang panjang itu,cerita cinta kita,sayang.

Dan kini,di umurku yang 15 tahun,aku merayakannya dengan tulisan sederhana Yang aku tulis sambil terkantuk kantuk ini.

Selamat Ulang Tahun,Saya.
Kamis,1 Agustus 2013